Pandangan Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Al-Syafi'i Tentang Hukum Perempuan Hain Berdiam di Masjid (Suatu Analisis Perbandingan)

-, Mulyana (2021) Pandangan Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Al-Syafi'i Tentang Hukum Perempuan Hain Berdiam di Masjid (Suatu Analisis Perbandingan). Skripsi thesis, IAIN Ambon.

[img] Text
BAB I.III.V.PDF

Download (10MB)
[img] Text
MULYANA.PDF
Restricted to Registered users only

Download (10MB)

Abstract

Skripsi ini mengkaji tentang Pandangan Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam al- Syafi'i tentang Hukum Perempuan Haid Berdiam di Mesjid (Suatu Analisis Perbandingan) Mesjid dalam Islam mempunyai kedudukan yang khusus, mesjid memiliki hukum-hukum syar'i yang khusus pula dan mesjid digunakan sebagai tempat beribadah sedangkan Haid adalah sesuatu yang normal terjadi pada seorang perempuan, Haid merupakan ketentuan Allah swt. yang berlaku bagi perempuan sebagai pertanda ia telah baligh dan tanda ia telah dibebani dengan beban taklif. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini, adalah penelitian pustaka (library research) dengan metode content analysis. Bahan-bahan yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk uraian-uraian secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif komparatif, yaitu dengan cara mengkaji untuk memperbandingkan pandangan Imam Ahmad dan Imam al-Syafi'i. Hasil analisis hukum perempuan haid berdiam diri di mesjid menurut Imam al-Syafi'i berpendapat bahwa perempuan yang sedang haid dan nifas boleh melewati (bukan berdiam diri) di mesjid jika darahnya tidak mengotori mesjid. sekedar untuk lewat saja dalam mesjid, karena ada keperluan mendadak dan mendesak, maka hukumnya menurut Imam al-Syafi'i yaitu dibolehkan. sedangkan menurut Imam Ahmad berpendapat bahwa hukum perempuan haid berdiam diri di mesjid adalah boleh, karena menurutnya hadis-hadis yang dijadikan dalil untuk melarang perempuan haid dan junub berdiam diri di dalam mesjid adalah hadis yang daif sehingga tidak bisa dijadikan sebagai pijakan bukum. Dewasa ini telah ada cara yang praktis dan efisien agar perempuan tidak merasa khawatir darahnya akan tercecer mengotori tempat-rempat yang dilaluinya, yaitu dengan adanya pembalut, Pembalut sendiri berfungsi untuk menyerap darah yang keluar dari vagina, sehingga darah tidak akan tercecer ke mana-mana, Maka tentu saja dengan adanya pembalut, dapat dijadikan pertimbangan kembali mengenai hukum kebolehan perempuan yang sedang haid masuk dan berdiam di dalam mesjid.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information/Pembimbing: Dr. Abd. Rauf, M.Ag / Dr. Roswati Nurdin, M.HI
Uncontrolled Keywords: Perempuan Haid Berdiam di Masjid
Subjects: Perbandingan Mazhab
Divisions: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam > Perbandingan Mazhab dan Hukum
Depositing User: La Iba
Date Deposited: 16 Mar 2022 03:39
Last Modified: 16 Mar 2022 03:39
URI: http://repository.iainambon.ac.id/id/eprint/2215

Actions (login required)

View Item View Item